Selasa, 08 Oktober 2019

Pohon Pisang yang Sudah Berbuah

Kisah seorang petani pisang yang berharap dibenaknya panen baik dan bagus. Sebut saja doni petani pisang yang setiap hari merawat tanaman pisangnya dari pagi sampai dengan sore merawat pohonnya itu. Doni tinggal disebuah desa terpencil nan jauh dari huruk pikuk kota. Doni memiliki 2 orang anak Zaskia dan Zaki dan seorang istri Aisyah. Setiap hari Doni bangun pagi jam 2 sudah bangun dan sholat tahajudnya kemudian dilanjutkan membaca ayat-ayat suci Al-quran sampai dengan subuh. kemudian setelah sebu dia pergi kekebuan yang hanya dia miliki sepetak kebun kecilnya. Daun - daun yang ada disekitar pohon pisang itu dia selalu dia bersihkan, tapa lupa memberi air yang cukup serta pupuk yang unggul buat tanaman pisangnya itu. 

Dari mulai bertunas Doni merawat pohon pisangnya itu, kerja keras nan ikhlas setiap hari doni tak ada rasa keluah kesah karena disanalah dia berikhtiar dan bergantung kepada Illahi agar selalu diberi kesuburan pohon pisangnya. pada suatu waktu musim kemarau panjang pun tiba tentu itu hal yang memang di khawtirkan oleh setiap petani. kekeringanpun meraja lela diseluruh desa. Tentu kondisi ini membuat doni khawatir pohon pisangnya yang dia tanam dan dia siram setiap hari mati dan buahnya tidak bisa matang dan hanya kering. 

Tetapi ditangah kondisi itu doni memcoba tetap tanang dan berdoa agar hujan turun dan mengkahiri masa kemarau panjang. ditangah kemarau pajang pun didesa sedang maraknya virus yang menyerang penduduk desa. Virus itu   menyerang bagian tubuh manusia yang membuat setiap orang demam panas kulit merah dan berbintik putih. Zaskia yang masih anak doni terkena visur tersebut dan tentu kesedihan keadaan seperti itu sangat disarasakan oleh seorang ibu Aisyah yang lhawatir dengan kondisi anaknya itu. sebualn sudah visur itu menyebar dipenduduk desa tersebut dan cukup memakan banyak korban nyawa sekitar 10 warga sudah meninggal akibat virus itu sehingga dengan kehawatiran itu, sebagian penduduk desa yang cukup dan mampuh secara ekonomi ditengah kondisi tersebut membuat beberapa orang memcoba keluar dari desa buat berobat kekota dan ada juga yang meninggalakan desa tersebut. Bagi doni bagi petani kecil tentu yang memang tidak memiliki dana lebih buat berobat atau pindah keluar dari desa itu hanya terdiam dan tetap tinggal didesa tersebut. 

Kondisi Zaskia pun semakin hari semakin parah yang awalnya hanya demam dan berbintik putih dan kulitnya merah sekarang berubah menjadi sering kejang kerjang dan harta yang hanya dimiliki doni yaitu sepetak kebun pisangnya itu. delam kondisi itu doni sempat  berpikiran ituk menjual kebun yang sepetak itu untuk biaya berobat Zaskia. Namun apalah daya kondisi desa yang tidak kondisif susah sekali untuk dapatkan pembelinya. (To be Continued)




Pontianak 08 Oktober 2019
_Ikhlas, Sabar, dan tetap Ikhtiar_ 

Selasa, 03 September 2019

04 September 2019 "KUMALAM SANTANJAYA"

Cerita berawal dari Kumalam Santanjaya seorang pemuda yang memiliki karakter pekerja keras, pendiam, dan simple. Indahnya mentari dipagi hai berubah karen adanya awan mendung. serdadu kuda berjalan menyusurin pantai bahtera mencari cahaya yang hilang. Hembusan angin selalu menyertai disetiap langkah kumalam, alunan suara ombak memberikan nada yang meredamkan keadaan. cahayapun tak kunjung datang, secerca cahaya kilat menyelimuti mendungnya pagi itu. kumalam seolah mencari cahaya yg hilang. serdadu kuda pun terus berjalan tanpa arah terus dan terus menyusuri pantai. tak disangka ada beberapa kawanan burung menghapiri dan memberi pesan bahwa ada hal yang lebih indah setalah kegelapan ini berakhir. kumalam lantas tetap berusaha mencari cahaya. kawana  burungpun lantas pergi dan melihat kumalam bergegas mencari cahaya itu. airpun mulai berjatuhan bahtera langit menangis dengan kondisinya. di derah air yang turun kumalam tetap memcu kudanya pntang menyerah angin seolah marah dia hembuskan sekencang kencangnya. kencangnya angin dan licinnya jalanan membuat kumalam terjatuh bersama kawanannya. kuda yang ditungganginya alami kesaktan dan tidak bisa berdiri lagi, kumalam coba bantu namun kuda itu seolah bilang kulam lari lari kumalam. kumalam yang sempat berpikir lari namun melihat kawan sodara yang selama ini bantu dia dalam keadaan sekarat. ayok kumalam kejar mimpi kamu terus berjuang jangan hiraukan kondisi ini kumalampun seolah bingung tak berdaya. dia malah berlari bukan kearah tujuannya itu, dia berlari kesbuah pohon pisang dan memotong dan memabawanya ke arah kudanya. dia berkata kita berjuang sama sama sampai kapanpun sama sama. diitengah guyuran air mata langit.. semakin deras semakin mecekam  kondis yang dihadapin kumalam. tak ada arah melintang berusaha dan berjuang tetapi ikatan keluarga lebih pentig dibandingkan hanya sekedar egois demi satu tujuan. saling menolongpun dilakukan kumalam. 2 jam kemudian kumalam coba bantu kudanya bangun dan menuntunnya di tengah derasnya angin pantai. angin masih berhembus namun air yang turun dari langin berangsur berhenti awan mulai pergi dan mencoba menyalamkan dengan senyuman langit yang indah dengan warna warni kehidupan coba ditampilkan disana. kumalam seolah bahgia dengan pencapainnya. da mencoba merenungkan perjuangannya itu. Dia berkata dalam hatinya ga akan seindah yang kita dpat tanpa berusaha dan kularga itu lebih penting dari suatu hal pencapaian. semua berakhir dengan senyuman indah.

#KUMALAM SANTANJAYA

Selasa, 21 April 2015

softkill bahasa inggris bisnis 2 (tugas 2)

Ø Verb Phrase 
"Verb P[hrase]s can be identified by . . . substitution procedures. Consider the sentenceLou cried, where cried constitutes the VP. Among many others, the following strings can substitute for cried in the slot Lou _____. They thus fit the frame and are VPs (the verb in each VP is italicized):
Lou fell.
Lou lost the race,
Lou won a prize for his efforts in the tourna
Ø Tenses
In grammar, tense is a category that expresses time reference.[1][2] Tenses are usually manifested by the use of specific forms of verbs, particularly in their conjugation patterns.
Basic tenses found in many languages include the past, present and future. Some languages have only two distinct tenses, such as past and non-past, or future and non-future. There are also tenseless languages, like Chinese, which do not have tense at all. On the other hand, some languages make finer tense distinctions, such as remote vs. recent past, or near vs. remote future.
Tenses generally express time relative to the moment of speaking. In some contexts, however, their meaning may be relativised to a point in the past or future which is established in the discourse (the moment being spoken about). This is called relative (as opposed to absolute) tense. Some languages have different verb forms or constructions which manifest relative tense, such as pluperfect ("past-in-the-past") and "future-in-the-past".
Being able to find the right subject and verb will help you correct errors of subject-verb agreement.
Ø subject and verb agreement

Basic Rule. A singular subject (she, Bill, car) takes a singular verb (is, goes, shines), whereas a plural subject takes a plural verb.
Example: The list of items is/are on the desk.
If you know that list is the subject, then you will choose is for the verb.
Rule 1. A subject will come before a phrase beginning with of. This is a key rule for understanding subjects. The word of is the culprit in many, perhaps most, subject-verb mistakes.

Hasty writers, speakers, readers, and listeners might miss the all-too-common mistake in the following sentence:
Incorrect: A bouquet of yellow roses lend color and fragrance to the room.
Correct: A bouquet of yellow roses lends . . . (bouquet lends, not roses lend)
Rule 2. Two singular subjects connected by or, either/or, or neither/nor require a singular verb.
Examples:
My aunt or my uncle is arriving by train today.
Neither Juan nor Carmen is available.
Either Kiana or Casey is helping today with stage decorations.
Rule 3. The verb in an or, either/or, or neither/nor sentence agrees with the noun or pronoun closest to it.
Examples:
Neither the plates nor the serving bowl goes on that shelf.
Neither the serving bowl nor the plates go on that shelf.
This rule can lead to bumps in the road. For example, if I is one of two (or more) subjects, it could lead to this odd sentence:
Awkward: Neither she, my friends, nor I am going to the festival.
If possible, it's best to reword such grammatically correct but awkward sentences.
Better:
Neither she, I, nor my friends are going to the festival.
OR
She, my friends, and I are not going to the festival.
Rule 4. As a general rule, use a plural verb with two or more subjects when they are connected by and.
Example: A car and a bike are my means of transportation.
But note these exceptions:
Exceptions:
Breaking and entering is against the law.
The bed and breakfast was charming.
In those sentences, breaking and entering and bed and breakfast are compound nouns.
Rule 5. Sometimes the subject is separated from the verb by such words as along with, as well as, besides, not, etc. These words and phrases are not part of the subject. Ignore them and use a singular verb when the subject is singular.
Examples:
The politician, along with the newsmen, is expected shortly.
Excitement, as well as nervousness, is the cause of her shaking.
Rule 6. With words that indicate portions—a lot, a majority, some, all, etc.—Rule 1 given earlier is reversed, and we are guided by the noun after of. If the noun after of is singular, use a singular verb. If it is plural, use a plural verb.
Examples:
A lot of the pie has disappeared.
A lot of the pies have disappeared.
A third of the city is unemployed.
A third of the people are unemployed.
All of the pie is gone.
All of the pies are gone.
Some of the pie is missing.
Some of the pies are missing.
NOTE
In recent years, the SAT testing service has considered none to be strictly singular. However, according to Merriam-Webster's Dictionary of English Usage: "Clearly none has been both singular and plural since Old English and still is. The notion that it is singular only is a myth of unknown origin that appears to have arisen in the 19th century. If in context it seems like a singular to you, use a singular verb; if it seems like a plural, use a plural verb. Both are acceptable beyond serious criticism." When none is clearly intended to mean "not one," it is followed by a singular verb.
Rule 7. In sentences beginning with here or there, the true subject follows the verb.
Examples:
There are four hurdles to jump.
There is a high hurdle to jump.
Here are the keys.
NOTE:
The word there's, a contraction of there is, leads to bad habits in informal sentences likeThere's a lot of people here today, because it's easier to say "there's" than "there are." Take care never to use there's with a plural subject.
Rule 8. Use a singular verb with distances, periods of time, sums of money, etc., when considered as a unit.
Examples:
Three miles is too far to walk.
Five years is the maximum sentence for that offense.
Ten dollars is a high price to pay.
BUT
Ten dollars (i.e., dollar bills) were scattered on the floor.
Rule 9. Some collective nouns, such as family, couple, staff, audience, etc., may take either a singular or a plural verb, depending on their use in the sentence.
Examples:
The staff is in a meeting.
Staff 
is acting as a unit.
The couple disagree about disciplining their child.
The couple 
refers to two people who are acting as individuals.
NOTE
Anyone who uses a plural verb with a collective noun must take care to be accurate—and also consistent. It must not be done carelessly. The following is the sort of flawed sentence one sees and hears a lot these days:
The staff is deciding how they want to vote.
Careful speakers and writers would avoid assigning the singular is and the plural they to staffin the same sentence.
Consistent: The staff are deciding how they want to vote.
Rewriting such sentences is recommended whenever possible. The preceding sentence would read even better as:
The staff members are deciding how they want to vote.
Rule 10. The word were replaces was in sentences that express a wish or are contrary to fact:
Example: If Joe were here, you'd be sorry.
Shouldn't Joe be followed by was, not were, given that Joe is singular? But Joe isn't actually here, so we say were, not was. The sentence demonstrates the subjunctive mood, which is used to express things that are hypothetical, wishful, imaginary, or factually contradictory. The subjunctive mood pairs singular subjects with what we usually think of as plural verbs.
Examples:
I wish it were Friday.
She requested that he raise his hand.
In the first example, a wishful statement, not a fact, is being expressed; therefore, were, which we usually think of as a plural verb, is used with the singular subject I.

Normally, he raise would sound terrible to us. However, in the second example, where a request is being expressed, the subjunctive mood is correct.

Note: The subjunctive mood is losing ground in spoken English but should still be used in formal speech and writing.




Jumat, 27 Maret 2015

Warren Edward Buffett

            Warren Edward Buffett adalah seorang pengusaha Amerika Serikat yang diakui sebagai salah satu investor tersukses di dunia. Ia berhasil mengumpulkan kekayaan yang berlimpah berkat kemampuan dan kepandaiannya dalam berinvestasi melalui perusahaan konglomerasi (holding company) Berkshire Hathaway. Karena keahliannnya tersebut, ia mendapat berbagai julukan seperti "Wizard of Omaha", "Oracle of Omaha", atau "Sage of Omaha".
            Pria kelahiran 30 Agustus 1930 ini berkuliah di Wharton Business School di University of Pennsylvania selama dua tahun, yaitu dari tahun 1947 hingga 1949. Di tahun 1950, ia menempuh pendidikan di University of Nebraska–Lincoln dan berhasil lulus di bidang administrasi bisnis. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Benjamin Grahamdi Columbia University setelah ia tahu bahwa Benjamin Graham dan David Dodd yang merupakan analis keuangan terkemuka kala itu mengajar di sana. Buffett lulus dari Columbia University pada tahun 1951 dengan meraih gelar Master of Science di bidang ekonomi. Setelah ia lulus, ia bekerja di perusahaan ayahnya, Buffett-Falk & Co. di Omaha dari tahun 1951 hingga 1954. Ia kemudian bekerja di Graham-Newman Corp. di New York yang merupakan perusahaan milik Benjamin Graham, mantan profesornya di Columbia Business School sebagai analis sekuritas selama dua tahun (1954–1956). Lalu, di tahun 1956–1969, Buffett bekerja sebagai mitra umum di Buffett Partnership, Ltd., Omaha. Selanjutnya ia menduduki jabatan sebagai Ketua dan CEO Berkshire Hathaway Inc. di Omaha dari tahun 1970 sampai sekarang.
            Selain dikenal sebagai investor kakap, Buffett juga dikenal sebagai seorang filantropis. Di tahun 2006 ia menyumbangkan hampir 85% kekayaannya kepada beberapa yayasan amal yang salah satunya adalah Bill and Melinda Gates Foundation yang dimiliki oleh Bill Gates. Di tahun-tahun selanjutnya, ia juga kerap terlibat dalam berbagai kegiatan amal. Pada tahun 2011, Buffett menerima Presidential Medal of Freedom, penghargaan tertinggi bagi rakyat sipil di Amerika Serikat, yang diserahkan langsung oleh Presiden Barrack Obama atas aksi filantropi yang dilakukannya sepanjang tahun.
            Berkat kesuksesannya di bidang investasi, majalah Forbes menempatkan Warren Buffett di urutan pertama dalam daftar Orang Terkaya di Dunia tahun 2008 dengan total kekayaan sebesar US$ 62 milyar. Saat itu ia mampu menggeser posisi Bill Gates, pendiri Microsoft, yang selama 13 tahun berturut-turut selalu berada di posisi puncak. Di tahun 2012, Buffett juga kembali masuk dalam daftar tersebut, hanya saja kali ini ia berada di peringkat ketiga dengan kekayaan sebesar US$ 44 milyar. Jumlah asetnya turun sebanyak US$ 6 milyar akibat turunnya nilai saham Berkshire sebesar 7%. 

sumber : http://profil.merdeka.com/mancanegara/w/warren-buffett/


Senin, 23 Maret 2015

tugas softskill bhs inggris bisnis 2

1.              What Is a Verb?
What is a verb? Songs, poems and language teachers throughout history have attempted to explain verbs to us. A verb is an action word, Luv Is a VerbEverything’s a Verb, where does it end? The concept of verbs is sort of a tricky one to grasp, and then once you do, verbs only get more confusing.

Defining a Verb

A brilliant professor once said that “a verb is a word that does verb-y things.” He said the same thing about nouns (they do noun-y things) and other parts of speech as well, and while it’s not a very concrete or satisfying definition, it’s probably the best one out there.
You see, the way English works is that every word sits in a specific place and plays a specific role in a sentence. And even though a word might not really even be a real word, if it’s playing the role of the verb, then it’s a verb. Look at these examples:
·         As I phlomoggled my yard, I accidentally shallimped two birds.
·         Jack pazotors as often as he can.
·         They couldn’t believe she had never chorstined before.
·         This time next week, we’ll be forrisking through the jungle!

If you speak English fairly well, you can identify the verbs in those sentences even though they aren’t real words. You can do this because they are doing verb-y things. They have -ing, -ed and -s endings depending on when they happen and who is doing them. They also follow the subjects of the sentences and appear next to adverbs. And even though we don’t know what they mean, they somehow convey action. They behave like verbs.
2.         What Is a Modifer ?
A modifier is an optional element in phrase structure or clause structure.A modifier is so called because it is said to modify (change the meaning of) another element in the structure, on which it is dependent. Typically the modifier can be removed without affecting the grammar of the sentence. For example, in the English sentence This is a red ball, the adjective red is a modifier, modifying the noun ball. Removal of the modifier would leave This is a ball, which is grammatically correct and equivalent in structure to the original sentence.
Other terms used with a similar meaning are qualifier (the word qualify may be used in the same way as modify in this context), attribute, and adjunct. These concepts are often distinguished from complements and arguments, which may also be considered dependent on another element, but are considered an indispensable part of the structure. For example, in His face became red, the word red might be called a complement or argument of became, rather than a modifier or adjunct, since it cannot be omitted from the sentence.

3.              Make a Setence

A sentence is a group of words which starts with a capital letter and ends with a full stop (.), question mark (?) or exclamation mark (!). A sentence contains or implies a predicate and a subject.Sentences contain clauses.Simple sentences have one clause.Compound sentences and complex sentences have two or more clauses.
Sentences can contain subjects and objects.The subject in a sentence is generally the person or thing carrying out an action. The object in a sentence is involved in an action but does not carry it out, the object comes after the verb.For example:
The boy climbed a tree.
If you want to say more about the subject (the boy) or the object (the tree), you can add an adjective.For example:
The young boy climbed a tall tree.
If you want to say more about how he climbed the tree you can use an adverb.
For example:
The young boy quickly climbed a tall tree.

Senin, 29 Desember 2014

ETIKA BISNIS TUGAS 3



PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. PTFI menambang, memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Kami memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia. PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional (MNC),yaitu perusahaan internasional atau transnasional yang berkantor pusat di satu negara tetapi kantor cabang di berbagai negara maju dan berkembang.
Contoh kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia :
Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia (FI) disebabkan perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5–USD 3. Padahal, bandingan gaji di negara lain mencapai USD 15–USD 35 per jam. Sejauh ini, perundingannya masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya.
2. PT Indah Kiat Pulp adn Paper

PT.Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri pulp dan kertas terpadu dengan status Penanaman Modal Asing (PMA). Beberapa tahun lalu masih kita ingat negara kita ikut mengalami dampak krisis global. Krisis global tentunya membawa dampak yang buruk bagi perusahaan, dan hal itu juga akan memberi kerugian secara materiil bagi perusahaan. Maka mulailah berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi dampak dari krisis global tersebut. Sayangnya upaya yang dilakukan adalah persaingan yang tidak sehat. Perusahaan ini melakukan berbagai cara untuk merekrut tenaga kerja. 

Berawal dari tenaga kerja di PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang mengalami kekecewaan terhadap manajemen perusahaan tempat mereka bekerja. Ratusan karyawan di masing-masing departemen perusahaan kayu yang berbasis di Pangkalan Kerinci mengancam bakal hengkang dari perusahaan dan hijrah ke PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP).

Sumber kekecewaan yang dialami para karyawan yaitu akibat perusahaan yang mengingkari janjinya dengan para karyawan yang menjanjikan akan memberikan bonus. Pihak manajemen PT. RAPP menjanjikan bonus kesejahteraan bila karyawan mampu mencapai target yang diberikan. Ternyata karyawan berhasil mencapai target tersebut, mereka menunggu sampai empat bulan lebih tapi bonus kesejahteraan yang dijanjikan tidak kunjung terealisasi.
Karyawan merasa sangat kecewa dan berniat hengkang dari perusahaan kayu milik Taipan Sukanto Tanoto tersebut. Kurang lebih ada 80% karyawan dari masing-masing departemen yang berencana hengkang ke PT. IKPP. Tentu saja pihak PT. RAPP tidak mau melepaskan karyawan-kayawannya begitu saja, hal ini menghambat niat para karyawan.

Beberapa Top Management PT. RAPP meninjau tempat mantan karyawan mereka yang melakukan interview di Grand Hotel Pangkalan Kerinci untuk bekerja di PT. IKPP. Menurut pantauan, tampak beberapa orang berpakaian preman terlihat mondar-mandir di lingkungan hotel. Seorang mantan karyawan PT. RAPP yang juga melakukan interview  di hotel tersebut mengatakan bahwa orang-orang yang berpakaian preman tersebut dari pihak perusahaan tempat mereka bekerja sebelumnya. Kabarnya pihak perusahaan mengirimkan security  satu truk dan preman untuk menjegal mereka agar tidak jadi di-interview.

Namun, pihak dari PT. RAPP secara pribadi oleh Wan Zak, mengkonfirmasi bahwa berita tersebut tidak benar. Perusahaan bukannya mau mempersulit karyawannya untuk berpindah kerja, hanya saja masih ada kontrak kerja yang harus disepakati oleh karyawannya. Pihak PT. RAPP, Wan Zak juga mengatakan bahwa pihak PT. IKPP melakukan pelanggaran etika bisnis, dengan melakukan persaingan bisnis yang tidak sehat. Menurutnya, selama ini pihak perusahaannya telah memberikan pengajaran, ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang cukup handal kepada karyawan-karyawannya, tapi tiba-tiba ada perusahaan lain yang merekrut dengan sistem persaingan tidak sehat. Pihak PT. IKPP belum memberikan konfirmasinya atas berita ini.
Sebagai contoh kasus di luar negeri yang terjadi pada biskuit Arnotts di Australia. Pada suatu saat perusahaan ditelpon oleh seseorang yang hendak memeras perusahaan tersebut bahwa salah satu kemasan produknya berisi biskuit yang beracun tidak diketahui kecuali oleh si pemeras tersebut. Perusahaan dihadapkan pada dua pilihan yaitu membayar orang yang memeras tersebut untuk menunjukkan produk mana yang beracun, atau menarik seluruh peredaran biskuit tersebut. Namun perusahaan lebih memilih untuk menanggung kerugian yang besar dengan menarik seluruh produk-produknya dan memusnahkannya. Ternyata itu menanamkan kepercayaan konsumen kepada perusahaan, walaupun pada saat itu perusahaan menanggung kerugian yang cukup besar, namun ternyata enam bulan kemudian pendapatan perusahaan naik tiga kali lipat.
Contoh kasus yang ada di Indonesia terjadi pada kasus Ajinomoto, dimana saat dinyatakan oleh MUI bahwa produknya tidak halal, Ajinomoto menarik semua produknya, dan perusahaan pun menanggung banyak kerugian.
Namun dengan mengindahkan himbauan dari MUI dan dengan melakukan pendekatan dengan para ulama, kinerja keuangan yang semula menurun tajam lama kelamaan naik.
kesimpulan :
Sebagai perusahaan diharapkan agar lebih bijak dalam mengelola perusahaannya dalam hal ini dapat mementingkan SDM dan kondisi kelayakan produksi serta keramahan pada lingkungan setempat. Jadi agar dapat berjalan dengan baik di dalam suatu perusahaan bukan hanya mementingkan keuntungan/laba semata melainkan juga SDM, produksi, dan lingkungan yang ada di dalamnya. 

sumber :
http://cassieneni.blogspot.com/2013/12/norma-etika-pada-fungsi-manajemen.html 

Jumat, 07 November 2014

Pelanggaran Etika bisnis

PT Freeport Indonesia, adalah potret nyata sektor pertambangan Indonesia. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM (salah satu berita dapat diakses dari situs news.bbc.co.uk), dampak lingkungan serta pemiskinan rakyat sekitar tambang.
WALHI sempat berupaya membuat laporan untuk mendapatkan gambaran terkini mengenai dampak operasi dan kerusakan lingkungan di sekitar lokasi pertambangan PT Freeport Indonesia.Hingga saat ini sulit sekali bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang jelas dan menyeluruh mengenai dampak kegiatan pertambangan skala besar di Indonesia.Ketidak jelasan informasi tersebut akhirnya berbuah kepada konflik, yang sering berujung pada kekerasan, pelanggaran HAM dan korbannya kebanyakan adalah masyarakat sekitar tambang.Negara gagal memberikan perlindungan dan menjamin hak atas lingkungan yang baik bagi masyarakat, namun dilain pihak memberikan dukungan penuh kepada PT Freeport Indonesia, yang dibuktikan dengan pengerahan personil militer dan pembiaran kerusakan lingkungan.
Dampak lingkungan operasi pertambangan skala besar secara kasat mata pun sering membuat awam tercengang dan bertanya-tanya, apakah hukum berlaku bagi pencemar yang diklaim menyumbang pendapatan Negara? Matinya Sungai Aijkwa, Aghawagon dan Otomona, tumpukan batuan limbah tambang dan tailing yang jika ditotal mencapai 840.000 ton dan matinya ekosistem di sekitar lokasi pertambangan merupakan fakta kerusakan dan kematian lingkungan yang nilainya tidak akan dapat tergantikan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar lokasi PT Freeport Indonesia juga mencerminkan kondisi pembiaran pelanggaran hukum atas nama kepentingan ekonomi dan desakan politis yang menggambarkan digdayanya kuasa korporasi.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI – Indonesian Forum for Environment) adalah forum organisasi lingkungan hidup non-pemerintah terbesar di Indonesia dengan perwakilan di 26 propinsi dan lebih dari 430 organisasi anggota.WALHI bekerja membangun transformasi sosial, kedaulatan rakyat, dan keberlanjutan kehidupan.

Laporan WALHI Tentang Dampak pencemaran Lingkungan Hidup Operasi Freeport-Rio Tinto di Papua
Laporan yang berjudul Dampak Lingkungan Hidup Operasi Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio Tinto di Papua adalah laporan yang menyajikan gambaran tentang keberadaan Freeport yang independen mengenai dampak lingkungan akibat tambang Freeport, sebuah usaha bersama Freeport McMoRan dan Rio Tinto, yang meski merupakan salah satu tambang terbesar di dunia, beroperasi di bawah selimut rahasia di daerah terpencil Papua.
Laporan ini memaparkan kerusakan lingkungan berat dan pelanggaran hukum, berdasar sejumlah laporan pemantauan oleh pemerintah dan perusahaan yang tidak diterbitkan, termasuk Pengukuran Risiko Lingkungan (Environmental Risk Assessment, ERA) yang dipesan Freeport-Rio Tinto dan disajikan pada pemerintah Indonesia meski tak dipublikasikan untuk umum. Dalam laporan, masalah-masalah berikut ini dibahas, dan ditutup dengan saran untuk aksi.
Pelanggaran hukum:  Temuan kunci pada laporan ini adalah Freeport-Rio Tinto telah gagal mematuhi permintaan pemerintah untuk memperbaiki praktik pengelolaan limbah berbahaya terlepas rentang tahun yang panjang di mana sejumlah temuan menunjukkan perusahaan telah melanggar peraturan lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup tak kunjung menegakkan hukum karena Freeport-Rio Tinto memiliki pengaruh politik dan keuangan yang kuat pada pemerintah. Begitu kuatnya sampai-sampai proposal Freeport-Rio Tinto untuk mengelak dari standard baku mutu air sepertinya sedang dipertimbangkan.
http://wiloda.blogspot.com/2013/02/pelanggaran-etika-yang-dilakukan-pt_6.html

PT. Mitra Insan Utama adalah salah satu perusahaan dari sekian banyak yang menjalankan bisnis (praktek) Outsourcing untuk membantu pekerjaan PLN, akan tetapi pada kenyataannya banyak pekerjaan-pekerjaan inti perusahaan PLN yang juga ditangani oleh karyawan Outsourcing. Hingga detik ini, PT. Mitra Insan Utama menjadi Leader perusahaan penyedia Jasa Outsourcing untuk PT. PLN (Persero) dengan kompetensi-kompetensi yang sangat baik sekali, diakui atau tidak, memang realitanya seperti, pegawai Outsourcing cenderung memiliki nilai negatif di lingkungan internal perusahaan pengguna jasa Outsourcing atau kasarnya menjadi “welcome” bagi perusahaan PLN. Penguasaan kerja fungsional hingga detik ini pun ternyata masih dipegang oleh karyawan-karyawan OS PT. MIU yang terkenal handal dan pekerja keras, meskipun banyak keluhan mengenai permasalahan kesejahteraan tetapi tidak menutup diri untuk tidak melaksanakan kerja sesuai dengan prosedur yang berlaku dilingkungan PT. PLN (Persero). Hal ini masih menjadi pertanyaan-pertanyaan yang cukup misterius, tak banyak pelanggan-pelanggan PLN yang mengetahui bahwa ketika mereka datang dan duduk untuk sekedar mencari informasi, yang mereka temui bukanlah pegawai PLN, akan tetapi pegawai Outsourcing, eksistensi pegawai OS di lingkungan PT. PLN (Persero) selalu dicaci tetapi dibutuhkan oleh PT. PLN (Persero).

sumber : http://martha1392.wordpress.com/2013/10/15/perusahaan-yang-melanggar-etika-dalam-berbisnis/
Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bagus Irawan, menyatakan berdasarkan putusan Nomor 77 mengenai pailit,  PT Metro Batavia (Batavia Air) dinyatakan pailit. “Yang menarik dari persidangan ini, Batavia mengaku tidak bisa membayar utang,” ujarnya, seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 30 Januari 2013.

Ia menjelaskan, Batavia Air mengatakan tidak bisa membayar utang karena “force majeur”. Batavia Air menyewa pesawat Airbus dari International Lease Finance Corporation (ILFC) untuk angkutan haji. Namun, Batavia Air kemudian tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti tender yang dilakukan pemerintah.

Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC mengajukan somasi atau peringatan. Namun karena maskapai itu tetap tidak bisa membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak dapat dioperasikan untuk menutup utang.

            Dari bukti-bukti yang diajukan ILFC sebagai pemohon, ditemukan bukti adanya utang oleh Batavia Air. Sehingga sesuai aturan normatif, pengadilan menjatuhkan putusan pailit. Ada beberapa pertimbangan pengadilan. Pertimbangan-pertimbangan itu adalah adanya bukti utang, tidak adanya pembayaran utang, serta adanya kreditur lain. Dari semua unsur tersebut, maka ketentuan pada pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan terpenuhi.

Jika menggunakan dalil “force majeur” untuk tidak membayar utang, Batavia Air harus bisa menyebutkan adanya syarat-syarat kondisi itu dalam perjanjian. Namun Batavia Air tidak dapat membuktikannya. Batavia Air pun diberi kesempatan untuk kasasi selama 8 hari. “Kalau tidak mengajukan, maka pailit tetap.”

Batavia Air pasrah dengan kondisi ini. Artinya, kata dia, Batavia Air sudah menghitung secara finansial jumlah modal dan utang yang dimiliki. Ia pun menuturkan, dengan dipailitkan, maka direksi Batavia Air tidak bisa berkecimpung lagi di dunia penerbangan.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti meminta pada Batavia Air untuk memberikan informasi pada seluruh calon penumpang yang sudah membeli tiket. Agar informasi ini menyebar secara menyeluruh, Batavia Air diharus siaga di bandara seluruh Indonesia, Kamis (31/1).

“Kepada Batavia Air kami minta besok mereka untuk standby di lapangan Bandara di seluruh Indonesia? Untuk memberi penjelasan dan menangani penumpang-penumpang itu. Jadi kami minta mereka untuk stay di sana,” ujar Herry saat mengelar jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu malam (30/1).

Herry mengatakan pemberitahuan ini sudah disampaikan kepada Batavia Air. “Kami sudah kirim informasi ini ke bandara-bandara yang ada untuk melakukan antisipasi besok di bandara (31/1),” imbuh Herry.

Menurut Herry, meskipun pangsa pasar Batavia Air tidak banyak tapi menurut siaga di bandara itu perlu dilakukan untuk mengantisipasi kebingungan pelanggan serta meminimalisir tudingan-tudingan bahwa pihak Batavia tidak bertanggung jawab.
http://ikromfajarilahi.blogspot.com/2013/11/contoh-kasus-pelanggaran-etika-bisnis.html
Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan kepada seluruh karyawan yang akan mendaftar PNS secara otomotais dinyatakan mengundurkan diri. A sebagai salah seorang karyawan di RS Swasta itu mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola dalam hal ini direktur, sehingga segala hak dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus. Pihak Pengelola sendiri tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan tersebut.
Karena sikapnya itu, A akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta itu dapat dikatakan melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus Rumah Sakit
http://sinuraya31.blogspot.com/2013/10/pelanggaran-etika-bisnis-yang-terjadi.html
kesimpulan : masih banyaknya pelanggaran pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ternama sehingga terlihat perusahaan besar ini harus menjadi sorotan utama agar tidak merugikan negara ini. Maka dari itu kita sebagai warga Negara harus lebih menjunjung tinggi etika pada diri sendiri untuk orang lain, sehingga dalam melakukan bisnis kita dapat mematuhi etika tersebut dalam berbisnis.