Kisah seorang petani pisang yang berharap dibenaknya panen baik dan bagus. Sebut saja doni petani pisang yang setiap hari merawat tanaman pisangnya dari pagi sampai dengan sore merawat pohonnya itu. Doni tinggal disebuah desa terpencil nan jauh dari huruk pikuk kota. Doni memiliki 2 orang anak Zaskia dan Zaki dan seorang istri Aisyah. Setiap hari Doni bangun pagi jam 2 sudah bangun dan sholat tahajudnya kemudian dilanjutkan membaca ayat-ayat suci Al-quran sampai dengan subuh. kemudian setelah sebu dia pergi kekebuan yang hanya dia miliki sepetak kebun kecilnya. Daun - daun yang ada disekitar pohon pisang itu dia selalu dia bersihkan, tapa lupa memberi air yang cukup serta pupuk yang unggul buat tanaman pisangnya itu.
Dari mulai bertunas Doni merawat pohon pisangnya itu, kerja keras nan ikhlas setiap hari doni tak ada rasa keluah kesah karena disanalah dia berikhtiar dan bergantung kepada Illahi agar selalu diberi kesuburan pohon pisangnya. pada suatu waktu musim kemarau panjang pun tiba tentu itu hal yang memang di khawtirkan oleh setiap petani. kekeringanpun meraja lela diseluruh desa. Tentu kondisi ini membuat doni khawatir pohon pisangnya yang dia tanam dan dia siram setiap hari mati dan buahnya tidak bisa matang dan hanya kering.
Tetapi ditangah kondisi itu doni memcoba tetap tanang dan berdoa agar hujan turun dan mengkahiri masa kemarau panjang. ditangah kemarau pajang pun didesa sedang maraknya virus yang menyerang penduduk desa. Virus itu menyerang bagian tubuh manusia yang membuat setiap orang demam panas kulit merah dan berbintik putih. Zaskia yang masih anak doni terkena visur tersebut dan tentu kesedihan keadaan seperti itu sangat disarasakan oleh seorang ibu Aisyah yang lhawatir dengan kondisi anaknya itu. sebualn sudah visur itu menyebar dipenduduk desa tersebut dan cukup memakan banyak korban nyawa sekitar 10 warga sudah meninggal akibat virus itu sehingga dengan kehawatiran itu, sebagian penduduk desa yang cukup dan mampuh secara ekonomi ditengah kondisi tersebut membuat beberapa orang memcoba keluar dari desa buat berobat kekota dan ada juga yang meninggalakan desa tersebut. Bagi doni bagi petani kecil tentu yang memang tidak memiliki dana lebih buat berobat atau pindah keluar dari desa itu hanya terdiam dan tetap tinggal didesa tersebut.
Kondisi Zaskia pun semakin hari semakin parah yang awalnya hanya demam dan berbintik putih dan kulitnya merah sekarang berubah menjadi sering kejang kerjang dan harta yang hanya dimiliki doni yaitu sepetak kebun pisangnya itu. delam kondisi itu doni sempat berpikiran ituk menjual kebun yang sepetak itu untuk biaya berobat Zaskia. Namun apalah daya kondisi desa yang tidak kondisif susah sekali untuk dapatkan pembelinya. (To be Continued)
Pontianak 08 Oktober 2019
_Ikhlas, Sabar, dan tetap Ikhtiar_